Laporan Pratikum
Penurunan Titik Beku
“Es Mambo Buatan Ku”
Oleh : Tio
Valentin Sitompul
Trifa Julianti
Linda Ismiati
SMAN 1 BUNGURAN TENGAH
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTA
Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah kepada
kita, salah satunya yaitu kecerdasan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
mata peajaran Kimia untuk membuat laporan dengan judul Penurunan Titik Beku “Es Mambo Buatan Ku”.
Ucapan terimakasih kami sampaikan pada guru pembimbing yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan tugas ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Terimakasih juga pada teman- teman yang sudah kompak dalam mengerjakan tugas.
Semoga laporan ini bermanfaat
salah satunya menjadi referensi bahan belajar khususnya bagi kami dan umumnya
bagi pembaca.
Demikianlah pengantar dari kami. Kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih
banyak kekurangan oleh karena itu kami harapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca semuanya.
Mohon maaf apabila terdapat kekurangan.Terimakasih..
Harapan Jaya, 18 Maret 2015
i
HALAMAN
PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA
Dinyatakan
Lulus Seleksi Setelah Diuji Oleh Tim Penguji Yaitu Guru Bahasa Indonesia Dan
Ekonomi SMA
N 1 Bunguran Tengah
LAPORAN
PRAKTIKUM MEMBUAT
ES MAMBO PADA MATA PELAJARAN KIMIA
NAMA
KELOMPOK :
1.
TIO
VALENTIN SITOMPUL
2.
LINDA
ISMIATI
3.
TRIFA
JULIANTI
Harapan Jaya, 20
Maret 2015
TIM
PENGUJI
Tanda Tangan
1. MUSLIM,
S.Si ( Guru Kimia ) : 1.
2. JUNAIDI,
S.Pd ( Guru Ekonomi ) : 2.
3. TURYATI,
S.Pd ( Guru B. Indonesia ) :
3.
ii
DAFTAR ISI
1. Cover
2. Kata
Pengantar............................................................................................. i
3. Halaman
Pengesahan.................................................................................. ii
4. Daftar
Isi...................................................................................................... iii
5. BAB I.......................................................................................................... 1
Pendahuluan.......................................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang................................................................................ 1
1.2 Tujuan............................................................................................. 1
1.3 Rumusan
Masalah.......................................................................... 1
6. BAB II......................................................................................................... 2
Landasan
Teori .................................................................................... 2
1.1 Landasan
Teori.............................................................................. 2
1.2 Alat dan
Bahan.............................................................................. 9
1.3 Cara Kerja..................................................................................... 9
1.4 Data............................................................................................... 10
1.5 Analisi Data................................................................................... 11
7. BAB III........................................................................................................ 13
Metodologi
Penelitian.......................................................................... 13
8. BAB IV......................................................................................................... 14
Penutup.................................................................................................. 14
1.1 Kesimpulan...................................................................................... 14
1.2 Saran............................................................................................... 14
9.
Lampiran...................................................................................................... 15
10. Daftar
Pustaka............................................................................................. 18
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Banyak
sekali berbagai bentuk dan macam-macam aneka ragam makanan dan minuman dari
yang kecil hingga yang besar dan dari harga yang murah hingga yang mahal.
Makanan dan minuman ini memang sudah
banyak sekali yang menjualnya, karena cara pembuatannya sangat sederhana dan
baik dikonsumsi ketika siang hari maupun sore hari.
Makanan dan minuman ini, mungkin
sudah banyak sekali yang menjualnya karena cara pembuatan yang
sederhana dan higienis begitu juga dengan harga yang terjangkau dan banyak pula
masyarakat yang berminat untuk membuatnya dengan rasa yang cukup enak, nikmat, dan segar.
1.2 TUJUAN
1.
Untuk
mengaplikasikan kimia didalam kehidupan sehari-hari.
1.3
RUMUSAN MASALAH
1.
Adakah
pengaruh garam yang dicampurkan dengan es batu ?
1
BAB II
LANDASAN TEORI
1.3 LANDASAN
TEORI
1.3.1 Sifat
Koligatif Larutan
Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat. Adanya
interaksi antara zat terlarut dan pelarut dapat berakibat terjadinya perubahan
sifat fisis dari komponen-komponen penyusun larutan tersebut. Salah satu sifat
yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara zat terlarut dengan pelarut
adalah sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan
yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel zat terlarut di dalam larutan, dan
tidak dipengaruhi oleh sifat dari zat terlarut.
Hukum Ralout merupakan dasar bagi empat sifat larutan encer yang disebut
sifat koligatif (dari bahasa lain colligare, yang berarti “megumpul
bersama”) sebab sifat-sifat itu tergantung pada efek kolektif jumlah partikel
terlarut, bukannya pada sifat partikel yang terlibat. Keempat sifat itu ialah:
1.
Penurunan
tekanan uap larutan relatif terhadap tekanan uap pelarut murni.
2.
Peningkatan
titik didih.
3.
Penurunan
titik beku.
4.
Gejala
tekanan osmotik.
Larutan koligatif yaitu sifat yang
hnya bergantung pada jumlah partikel zat tetapi tidak pada jenis zat itu. Sifat
koligatif larutan yang hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut
<konsentrasi larutan> dan tidak bergantung pada ukuran jenis <atom,
molekul, atau ion>, tau massa molekul zat terlarut, untuk larutan elektrolit
dan non elektrolit dengan konsentrasi larutan yang sama mempunyai jumlah
partikel yang berbeda
Sifat - sifat koligatif terdiri
atas :
1. Penurunan
tekanan uap larutan adalah selisih antara
tekanan uap pelatut murni dan tekanan uap larutan
2. Tekanan titik didih adalah sifat titik didh larutan dengan titik didih pelarut.
3. Penurunan
titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut
dengan titik beku larutan
4. Tekanan osmotic larutan adalah perbedaan tekanan hidrostatik maksimum antara suatu larutan dengan pelarutnya.
2
Penurunan Titik Beku
Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik
beku larutan lebih kecil daripada titik beku pelarutnya. Persamaannya dapat
ditulis sebagai berikut:
·
Tf = penurunan titik beku (oC)
·
kf = tetapan perubahan titik beku (oC
kg/mol)
·
m = molalitas larutan (mol/kg)
·
Mr = massa molekul relatif
·
P = jumlah massa zat (kg)
Tabel Penurunan Titik Beku (Kf) Beberapa Pelarut
Pelarut
|
Titik Beku
|
Tetapan (Kf)
|
-95,35
|
2,40
|
|
5,45
|
5,12
|
|
179,8
|
39,7
|
|
-23
|
29,8
|
|
6,5
|
20,1
|
|
80,5
|
6,94
|
|
43
|
7,27
|
|
Air
|
0
|
1,86
|
Proses pembekuan suatu zat cair
terjadi bila suhu diturunkan, sehingga jarak antar partikel sedemikian dekat
satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik antarmolekul yang sangat
kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan mengakibatkan proses
pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk dapat lebih
mendekatkan jarak antarmolekul diperlukan suhu yang lebih rendah. Jadi titik
beku larutan akan lebih rendah daripada titik beku pelarut murninya. Perbedaan
titik beku akibat adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik
beku (∆Tf). Penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil kali
molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf),
dinyatakan dengan persamaan:
∆Tf = Kf m atau ∆Tf = Kf (n x 1000/p)
Dimana:
∆Tf = penurunan titik beku
Kf
= tetapan penurunan titik beku molal
n
= jumlah mol zat pelarut
p
= massa zat pelarut
3
Titik beku
larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan penurunan titik
bekunya atau Tf = Tf o - ∆Tf.
Penyebab dan Definisi Penurunan Titik Beku Larutan
Apakah yang dimaksud
dengan penurunan titik beku? Air murni membeku pada suhu 0o C, dengan
adanya zat terlarut misalnya saja ditambahkan gula kedalam air tersebut maka
titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0o C, melainkan akan
turun dibawah 0o C, inilah yang dimaksud sebagai “penurunan titik
beku”.
Jadi larutan akan
memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya.
Sebagai contoh larutan garam dalam air akan memiliki titik beku yang lebih
rendah dibandingkan dengan pelarut murninya yaitu air, atau larutan fenol dalam
alkohol akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut
murninya yaitu alkohol.
Mengapa hal ini
terjadi? Apakah zat terlarut menahan pelarut agar tidak membeku? Penjelasan
mengapa hal ini terjadi lebih mudah apabila dijelaskan dari sudut pandang
termodinamik sebagai berikut.
Contoh, air murni pada
suhu 0o C. pada suhu ini air berada pada kesetimbangan antara fasa
cair dan fasa padat. Artinya kecepatan air berubah wujud dari cair ke padat
atau sebaliknya adalah sama, sehingga bisa dikatakan fasa air dan fasa padat.
Pada kondisi ini memiliki potensial kimia yang sama, atau dengan kata lain
tingkat energi kedua fasa adalah sama.
Besarnya potensial
kimia dipengaruhi oleh temperatur, jadi pada suhu tertentu potensial kimia fasa
padat atau fasa cair akan lebih rendah daripada yang lain, fasa yang memiliki
potensial kimia yang lebih rendah secara energi lebih disukai, misalnya
pada suhu 2o C fasa cair memiliki potensial kimi yang lebih rendah
dibanding fasa padat sehingga pada suhu ini maka air cenderung berada pada fasa
cair, sebaliknya pada suhu -1o C fasa padat memiliki potensial kimia
yang lebih rendah sehigga pada suhu ini air cenderung berada pada fasa padat.
Apabila ke dalam air
murni kita larutkan garam dan kemudian suhunya kita turunkan sedikit demi
sedikit, maka dengan berjalannya waktu pendinginan maka perlahan-lahan sebagian
larutan akan berubah menjadi fasa padat hingga pada suhu tertentu akan berubah menjadi
fasa padat secara keseluruhan. Pada umumnya zat terlarut lebih suka berada pada
fasa cair dibandingkan dengan fasa padat, akibatnya pada proses pendinginan
berlangsung,
4
larutan akan
mempertahankan fasanya dalam keadaan cair, sebab secara energi larutan lebih
suka berada pada fasa
cair dibandingkan dengan fasa padat. Hal ini menyebabkan potensial kimia
pelarut dalam fasa cair akan lebih rendah (turun) sedangkan potensial kimia
pelarut dalam fasa padat tidak terpengaruh. Maka akan lebih banyak energi yang
diperlukan untuk mengubah larutan menjadi fasa padat karena titik bekunya
menjadi lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya. Inilah sebab mengapa
adanya zat terlarut akan menurunkan titik beku larutannya. Rumus untuk mencari
penurunan titik beku larutan adalah sebagai berikut:
∆Tf = Kf
. m . i
Keterangan:
∆Tf
= penuruna titik beku
∆ m = molalilatis
larutan
Kf =
tetapan konstanta titik beku larutan
Jangan lupa untuk
menambahkan faktor Van Hoff pada rumus di atas apabila larutan yang ditanyakan
adalah larutan elektrolit.
HUBUNGAN GARAM DAN PENURUNAN SUHU
Aplikasi garam
yang berhubungan dengan perubahan suhu Contoh aplikasi garam yang berhubungan
dengan perubahan suhu antara lain:
1. Pembuatan es putar atau es krim
tradisional.
2.Pencairan salju di jalan-jalan pada
musim dingin, dan
3.Pencegahan terbentuknya es pada kaca
mobil di musim dingin dengan mengelapnya menggunakan air garam.
Dalam karya
tulis ini, contoh kasus yang akan dibahas lebih lanjut adalah aplikasi garam
dalam pembuatan es putar atau es krim tradisional. Dalam proses pembuatan es
putar atau es krim tradisional, bahan-bahan es putar yang telah dicampur
dimasukan ke dalam sebuah wadah. Wadah itu kemudian dimasukan ke dalam wadah
lain yang lebih besar. Lalu di sekitar wadah yang berisi campuran bahan-bahan
es putar tadi, dimasukan campuran antara es batu dan garam dan wadah itu
diputar.(wikipedia.com) Campuran antara garam dengan es batu pada pembuatan es
putar tadi merupakan "lemari es" tradisional yang berfungsi menurunkan
campuran sehingga memungkinkan terbentuknya es putar. Penurunan titik beku Apa
yang terjadi didalam proses pembekuan campuran bahan-bahan es putar menggunakan
campuran garam dan es batu adalah reaksi-reaksi kimia yang berhubungan dengan
penurunan titik beku. Sudah menjadi hal yang umum diketahui bahwa air membeku
pada suhu 0*C. Tapi, bagamana bila di dalam air tadi ditambahkan garam?
Ternyata, bila ke dalam air ditambah dengan garam, maka akan terjadi penurunan
titik beku larutan garam tersebut, sehingga larutan garam akan membeku pada
suhu di bawah 0*C.
5
Penjelasan untuk hal ini didapat bahwa titik
beku suatu larutan adalah suhu saat tekanan uapnya sama dengan tekanan uap
pelarutnya.
Karena tekanan
uap larutan lebih rendah daripada pelarutnya, larutan belum membeku pada suhu
0*C. Oleh karena itu, suhu harus diturunkan agar larutan dapat membeku. Saat
pelarut akan membeku, penurunan tekanan uap pada pelarut lebih cepat daripada
zat cair. Akibatnya, pada suhu di bawah titik beku pelarut terjadi keseimbangan
tekanan uap larutan dengan tekanaan uap pelarut. Saat itu, pelarut akan membeku
sedangkan zat terlarutnya masih dalam fase cair, sehingga larutan menjadi makin
pekat sehingga titik bekunya makin rendah. (Susilowati, Endang.2009:14) Sebuah
percobaan sederhana dapat dilakukan untuk mengetahui efek penambahan garam
dalam es batu. Berdasarkan percobaan ini, diketahui bahwa sebagian es batu
mencair. Namun, suhu campuran es dan garam lebih rendah dibandingkan suhu es
murni. Selain itu, dari percobaan ini didapatkan hasil bahwa semakin banyak
garam yang ditambahkan pada es maka suhu campuran akan semakin rendah. Hubungan
massa garam dengan besarnya penurunan titik beku larutan secara matematis dapat
di jelaskan dengan rumus: /\Tf=m.Kf dengan /\Tf merupakan penurunan titik
beku.Kf merupakan tetapan penurunan titik beku molal.Dan m adalah molalitas
larutan. Sementara molalitas=massa zat terlarut/massa relatif zat x 1000/massa
pelarut sehingga besar /\Tf bergantung pada m zat terlarut. (Susilowati,
Endang.2009:15) Namun pada kenyataannya, terdapat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi penurunan titik beku. Salah satunya adalah besar tekanan udara.
Proses pembekuan dengan campuran es dan garam Untuk mengetahui proses pembekuan
menggunakan campuran es batu dan garam, dapat dilhat melalui proses pembekuan
yang terjadi dalam pembuatan es putar.
Hubungan Antara Garam dengan Es
Temperatur es dan air normalnya
adalah 0 derajat Celsius, tetapi itu tidak cukup dingin untuk dapat membuat es
krim menjadi beku. Temperatur yang diperlukan untuk membuat es krim adalah
sebesar minus tiga derajat Celsius atau lebih rendah. Tugas inilah yang
dilakukan oleh garam. Sesungguhnya banyak zat lain yang dapat berbuat hal yang
sama tetapi garam lebih murah, sehingga banyak digunakan untuk membuat es krim.
Ketika es dicampur dengan garam,
sebagian membentuk air garam dan es secara spontan terlarut dalam air garam,
akibatnya air garam semakin banyak. Di dalam segumpal es, air terstruktur
membentuk tatanan geometrik yang tertentu dan kaku. Tatanan yang kaku ini rusak
ketika diserang oleh garam, maka molekul-molekul air selanjutnya bebas bergerak
ke mana-mana dalam wujud cair.
Tetapi merusak struktur padat
molekul-molekul es memerlukan energi. Untuk sebongkah es yang hanya kontak
dengan garam dan air, energi itu hanya dapat diperoleh dari kandungan panas
dalam air garam. Maka ketika es mencair dan terlarut, proses ini meminjam panas
dari air dan menurunkan temperaturnya. Setelah temperatur dingin ini tercapai,
dalam pemanfaatannya campuran itu mendapatkan panas pengganti dari adonan es
krim yang mengakibatkan adonan es krim menjadi dingin dan beku.
6
Gabriel Daniel Fahrenheit, pencipta
skala temperatur Fahrenheit, menemukan bahwa garam yang dicampurkan ke es (pada
temperatur sedikit di bawah titik beku) memungkinkan titik beku lebih rendah
daripada ketika es hanya terdiri atas air. Dengan demikian, garam menyebabkan
salju dan es meleleh. Banyak orang belum menemukan cara lebih baik untuk
melumer- kan es di permukaan jalan dan trotoar selain menaburkan garam. Garam
begitu efektif dalam mencegah pembentukan es. Walaupun beberapa jenis bahan
kimia telah dikembangkan untuk mencairkan es, garam masih merupakan cara yang
paling murah. Lalu mengapa tidak semua orang menggunakan garam untuk mengatasi
lapisan es? Pertimbangan ekologi telah menyebabkan bebe-rapa pemerintahan
daerah melarang penggunaan garam. Garam me- rangsang korosi pada kendaraan,
beton jalan, jembatan, dan baja tak terlindung pada bangunan-bangunan sekitar.
Garam juga berbahaya bagi bermacam-macam tumbuhan. Efektivitas garam sebagai pengusir es juga memiliki
keterbatasan yang mencolok. Garam paling baik digunakan di jalan yang banyak
dilewati kendaraan; tanpa lalu lintas yang cukup untuk merangsang percampuran
es dan garam, batu es masih bisa terbentuk. Pada suhu lebih rendah dari
kira-kira -21ºC, garam tidaklah terlalu efektif, karena pembentukan es begitu
cepat dan garam tidak memiliki peluang menurunkan titik beku. Garam yang
bertaburan di permukaan es juga tidak menghasilkan traksi untuk ban kendaraan
atau sol sepatu pejalan kaki. Sebaliknya, pasir menyediakan traksi yang baik
sekali untuk kendaraan ketika batuan kecil yang kasar itu bersentuhan dengan
ban, entah pasir itu terbenam sebagian di permukaan es atau bercampur dengan
lumpur atau salju. Pasir tidak memerlukan lalu lintas yang padat agar berfungsi
dengan efektif, tidak berbahaya bagi tumbuhan, kendaraan, atau jalanan sendiri.
Selain itu, pasir juga terhitung murah.
Hanya ada satu masalah dengan pasir:
bahan ini tidak melelehkan salju atau es. Dengan kata lain, garam mencoba
mengatasi masalah pada sumbernya, sedangkan pasir mencoba mengatasi gejalanya.
Ada dinas pekerjaan umum daerah yang bereksperimen dengan kombinasi
pasir-garam. Sebenarya kebanyakan pasir yang ditaburkan di jalanan sudah diberi
sedikit garam, untuk mencegah pasir membeku kemudian menggumpal bercampur
dengan salju.
Meskipun garam jauh lebih mahal
dibanding pasir, pertimbangan biaya sering kali tidak menjadi alasan untuk
lebih memilih pasir daripada garam. Joseph DiFabio, dari New York State
Department of Transportation, menuturkan bahwa pram di Amerika memerlukan biaya
sekitar dua puluh dolar per ton, sedangkan pasir hanya lima dolar per ton.
Namun pasir harus diberikan dalam konsentrasi lebih besar daripada garam, sekitar
tiga kalinya.
7
Karena kontraktor pemeliharaan jalan
harus menggunakan pasir tiga kali lebih banyak untuk setiap kilometer yang
sama, berarti truk mereka harus pulang pergi tiga kali lebih banyak untuk
mengangkut pasir dibandingkan kalau menggunakan garam. Karena itulah, secara
keseluruhan, selisih antara memakai garam dan pasir bis
8
1.3.2
ALAT DAN BAHAN
Alat :
1)
kantong
plastik kecil
2)
kantong
plastik besar
3)
wadah
plastik
4)
sendok
Bahan :
1)
garam
dapur kasar
2)
es
batu
3)
sirup
4)
air
matang
5)
air
kelapa+buahnya
1.3.3
CARA KERJA
1)
Buatlah
campuran sirup dan air matang dalam wadah plastic (banyaknya sirup yang
dicampurkan kedalam air bergantung dari rasa manis yang diinginkan)
2)
Tempatkan
larutan sirup kedalam beberapa kantung plastic kecil kemudian ikat ujung
masing-masing kantung.
3)
Masukan
es batu kedalam kantung plastic besar hingga memenuhi setengah kantung
,tambahkan pula garam dapur kasar diatas permukaan es tersebut.
4)
Masukan
kantung-kantung plastic kecil berisi larutan sirup kedalam kantung yang berisi
es batu dan garam kasar.ikat bagian atas kantung plastic besar.
5)
Kocok
dan tekan-tekan kantung plastic besar tersebut,pastikan es batu dalam kantung
dapat menyelimuti kantung plastic kecil yang ada didalamnya.lakukan hal ini hingga larutan
sirup membeku (kurang lebih dibutuhkan waktu 10 menit hingga membeku).
6)
Buka
ikatan kantung plastic besar kemudian keluarkan kantung-kantung plastic kecil
dari dalamnya.es mambo yang didapat dapat langsung dinikmati bersama-sama.
9
1.3.4
DATA
Biaya Pengeluaran :
NO
|
BAHAN
|
UNIT
|
HARGA
|
1.
|
PASTA
|
1
|
Rp.10.000,00
|
2.
|
GULA
|
½ kg
|
Rp.6.000,00
|
3.
|
GARAM
|
1 bgks
|
Rp.5.000,00
|
4.
|
SELASI
|
1 bgks
|
Rp.2.000,00
|
5.
|
KANTONG PLASTIK (BESAR+KECIL)
|
36
|
Rp.3.000,00
|
6.
|
ES BATU
|
3 buah
|
Rp.3.000,00
|
JUMLAH
|
Rp.29.000,00
|
Terbuat sebanyak 32 kantong es mambo.Dengan modal
Rp.30.000.- sisa uang Rp.1000.- .Harga jual per Es yaitu Rp.1000.-
10
1.3.5
ANALISIS DATA
A.Laporan Rugi/Laba
USAHA ES ALAY
LAPORAN
LABA/RUGI
RABU,18 MARET
2015
|
1.Penjualan (32 bks x Rp.1.000,00)
Rp.32.000,00
|
2.Pengeluaran :
|
a.
Pembelian 1
buah pasta @
Rp.10.000,00 = Rp.10.000,00
|
b.
Pembelian ½ kg
gula @ Rp.6.000,00 = Rp.6.000,00
|
c.
Pembelian 1bks
garam @
Rp.5.000,00 = Rp.5.000,00
|
d.
Pembelian 1
bks selasi
@ Rp.2.000,00 = Rp.2.000,00
|
e.
Pembelian
kantong plastic (besar=kecil) @ Rp.3.000,00 = Rp.3.000,00
|
f.
Pembelian 3
buah es batu @
Rp.3.000,00 = Rp.3.000,00
|
Total Pengeluaran
(Rp.29.000,00)
|
Laba Bersih
(Rp.1.000,00)
|
USAHA ES ALAY
LAPORAN
PERUBAHAN EKUITAS
RABU,18 MARET
2015
|
- Modal awal
Rp.30.000,00
- Laba Rp.3.000,00
- Prive -
Penambahan Modal
Rp.3.000,00
-Modal akhir per 19 Maret 2015
Rp.33.000,0
|
11
ANALISIS LAPORAN
KEUANGAN :
1.
Dari laporan keuangan (Laporan
Rugi/Laba) diatas menunjukan bahawa Usaha Es Mambo Alay memperoleh keuntungan sebesar Rp 3.000,00. Keuntungan yang diperoleh
dirasa belum maksimal untuk kemajuan usaha dimasa yang akan datang, oleh karena
itu dapat diambil kebijakan untuk menurunkan biaya produksi dengan cara
mengurangi bahan baku atau menganti bahan baku dengan bahan lain tanpa mengubah
rasa dan kualitas produk dari es mambo
itu sendiri.
2.
Keuntungan yang maksimal dapat juga
diperoleh dengan cara menaikan harga jual dari produk yang dihasilkan, maka
penulis menarik kesimpulan dari analisis laporan keuangan untuk menaikan harga
es mambo sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimal. Dan yang paling penting
dari kebijakan ini adalah dengan merubah kemasan produk lebih menarik sehingga
dapat menarik perhatian konsumen untuk membelinya.
Misalnya
menaikan harga es mambo @ Rp 1.500,00, maka keuntungan yang diperoleh adalah :
LABA /
KEUNTUNGAN = PENJUALAN – MODAL AWAL
Laba /
Keuntungan = ( 32 X Rp 1.500,00) – Rp 30.000,00
Laba /
Keuntungan = Rp 48.000,00 – Rp 30.000,00
Laba /
Keuntungan = Rp 18.000.00
Harga bisa saja
dinaikan lebih dari Rp 1.500,00 tergantung wilayah pemasaran dan kualitas
produk dimasa yang akan datang sehingga Usaha Es Mambo Alay dapat terus berlangsung.
3.
Dari analisi Laporan Perubahan Ekuitas /
Modal diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa modal akhir yang diperoleh setelah
produksi dan penjualan adalah Rp 33.000,00.
Ada peningkatan modal sebesar Rp 3.000,00
dari modal awal sebelum produksi.
Dari Laporan Perubahan
Ekuitas ini dapat diambil kebijakan untuk menaikan harga untuk menaikan harga
es mambo kedepannya, supaya ada peningkatan modal untuk kelangsungan Usaha Es
Mambo Alay
kedepannya.
12
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
1.4 Rancangan
Praktikum
Dalam
praktikum ini, penulis merancang praktikum dengan metode kajian pustaka dan
eksperimen.Kajian pustaka dilakukan agar penulis memperoleh teori-teori sebagai
acuan untuk praktikum.Penulis melakukan kegiatan kajian pustaka dengan
menjelajahi internet.
Untuk
memperkuat teori–teori yang ada, penulis melakukan praktikum model eksperimen
unyuk membuktikan hipotesis penulis yang sesuai dengan teori-teori yang
diperoleh penulis.
1.4.1 Waktu
dan Tempat Praktikum
Penulis
melaksanakan praktikum pengaruh titik beku diruang kelas XII.IPA SMAN 1
BUNGURAN TENGAH pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 18 Maret 2015
Waktu
: 08.00 – 10.00 WIB
1.4.2 Variabel
Praktikum
Variabel
adalah sesuatu yang diukur dalam penulisan sebuah laporan praktikum.Adapun
variabel yang diperhatikan dalam penulisan sebuah laporan praktikum ini yaitu
pengaruh perbedaan garam dalam pembekuan es.
1.4.3 Teknik Pengumpulan Data
1. Kajian Pustaka
Sebagai acuan untuk membuat laporan praktikum, penulis
mencari berbagai data yang berhubungan dengan judul dari berbagai buku dan
internet.Kajian pustaka digunakan sebagai acuan untuk memperoleh data-data dan
teori-teori yang sudah ada.Penulis mempelajari dan menuangkan sumber-sumber
yang ada ke dalam pembuatan laporan praktikum.
13
BAB IV
PENUTUP
1.5 Kesimpulan
Dari penelitian yang kami telah
lakukan, kami dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.
Proses
terjadinya penurunan titik beku dikarenakan adanya perubahan dari tekanan uap,
biasanya diakibatkan oleh masuknya suatu zat terlarut lain maka titik bekunya
akan berubah (nilai titik beku akan berkurang).
2.
Keadaan
titik beku pelarut murni setelah dicampur zat terlarut akan menjadi lebih
rendah dibawah titik beku pelarut murni yang semula yaitu dibawah 0°C, zat
terlarut akan berpengaruh pada penurunan titik beku larutan karena pada suatu
pelarut murni, zat terlarut akan menyebabkan turunnya suhu titik beku dari
pelarut murni tersebut.
1.6
Saran
Ketika
pratikum diharapkan agar membawa alat dan bahan dengan lengkap agar pratikum
berjalan dengan lancer dan tanpa ada hambatan karna kekurangan bahan atau alat
. Dalam pratikum juga diharapkan agar menguasi cara-cara dalam melakukan
pratikum . Kekompakkan dalam praktik juga sangat diperlukan agar semua dapat
terselesaikan dengan baik dan cepat karna dibantu dengan kerjasama yang baik
antar kelompo
14
LAMPIRAN
17
DAFTAR
PUSTAKA
http://e-booktacipi.blogspot.com/2012/03/garam-sebagai-media-untuk-membekukan.html (diakses Selasa,17 Maret 2015 .pukul 20.15)
http://www-supadi.blogspot.com/2012/06/pengaruh-penambahan-garam-pada-es.html (diakses Selasa,17 Maret 2015 .pukul 20.30)
http://id.wikipedia.org/wiki/Sifat_koligatif_larutan (diakses Selasa,17 Maret 2015 .pukul 21.00)
http://ilmulebahmadu.blogspot.com/2013/04/xii-kimia-laporan-praktikum-penurunan.html (diakses Selasa,17 Maret 2015 .pukul 21.25)
18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar